Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim dalam kunjungannya ke Korea Selatan,
14-16 Oktober 2012, menyatakan bahwa lembaga yang dipimpinnya, tidak
mendukung pembangkit tenaga nuklir dan lebih berfokus kepada energi
berkelanjutan.
“Bank Dunia tidak menyediakan dukungan untuk tenaga nuklir. Fokus
kami adalah kepada energi berkelanjutan. Energi selalu merupakan konsep
yang sulit, karena kita selalu terus-menerus menyeimbangkan, antara
kebutuhan energi dengan segera dan keprihatinan kita yang mendalam
mengenai perubahan iklim,” kata Jim Yong Kim dalam transkrip konferensi
persnya.
Jim Yong Kim mengemukakan, Bank Dunia bersama-sama dengan Majelis
Umum PBB, meluncurkan inisiatif yang disebut dengan “Sustainable Energy
for All” (Energi Berkelanjutan untuk Semua). Inisiatif tersebut,
benar-benar menyiratkan hal yang menjadi keprihatinan banyak pihak,
mengenai bagaimana masyarakat membutuhkan energi untuk pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan terkait dengan Korea Selatan, Presiden Bank Dunia
menyatakan kekagumannya tentang kemajuan yang telah dicapai Korea
Selatan. Antara lain dilihat dengan meningkatnya pendapatan per kapita
dari sekitar 70 dolar AS pada 1950-an, menjadi lebih dari 20 ribu dolar
AS saat ini. Selain itu, Korea Selatan saat ini juga telah dikenal
sebagai salah satu pemimpin global dalam industri teknologi
negara-negara maju. Korea Selatan pada 1963 menerima pinjaman pertamanya
dari Asosiasi Pembangunan Internasional (IDA), lembaga cabang dari Grup
Bank Dunia yang menyediakan pinjaman bagi negara-negara termiskin di
dunia. Sedangkan kini, Korea Selatan merupakan donor terbesar ke-17
kepada IDA, dan termasuk dari 25 kontributor terbesar kepada Grup Bank Dunia secara keseluruhan.
“Saat ini, Korea dan Grup Bank Dunia memperluas kemitraan dalam
banyak area pembelajaran bersama dan aksi pembangunan, termasuk jasa
finansial, teknologi informasi dan komunikasi, pertumbuhan hijau,”
katanya.
Sebelumnya, Sekjen Perserikatan Bangsa Bangsa Ban Ki-moon Kamis
(11/10) melontarkan dukungannya, kepada konferensi yang bertujuan
menciptakan Timur Tengah bebas senjata nuklir, dan mendesak semua negara
di kawasan itu untuk menghadiri konferensi tersebut.
Finlandia siap menjadi tuan rumah pertemuan di Helsinki pada
Desember, yang Ban sambut sebagai kesempatan “unik bagi semua negara di
kawasan itu untuk secara kolektif meningkatkan keamanan mereka”.
Pemimpin PBB juga menyambut komitmen dari Liga Arab, untuk
mempertimbangkan konferensi “dengan cara yang serius dan
konstruktif.” Baik Israel maupun Iran berencana untuk menghadiri
pertemuan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar